dwKOMQi3a4gh8Hee1hY6F_nqDcw Makalah pegaruh pelapisan sosisl | referensi makalah

Saturday, December 3, 2011

Makalah pegaruh pelapisan sosisl


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.  Latar Belakang
Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh didasarkan stabil. Sehubungan dengan ini maka dengan sendirinya masyarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya mempunyai gejala yang sama. Istilah stratifikasi diambil dari bahasa Inggris yaitu stratification, berasal dari kata strata, atau stratum yang berarti lapisan. Oleh sebab itu social stratification sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat atau pelapisan sosial. Sejumlah individu yang mempunyai kedudukan (status) yang sama menurut ukuran masyarakat dikatakan berada dalam suatu lapisan stratum. Pitirim A. Sorokin memberikan definisi suatu masyarakat sebagai berikut : suatu masyarakat ialah perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hiearchis).
Pelapisan sosial terjadi dengan sendirinya dan dengan disengaja. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu tetapi berjalan secara alamiah dengan sendirinya. Oleh karena itu sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat dan yang disengaja pelapisan yang disusun dengan ditunjukkan untuk mengejar tujuan bersama. Di dalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasannya yang diberikan kepada seseorang.
Beberapa pemikiran tentang pelapisan sosial tentang pelapisan sosial ini muncul karena adanya ketidaksamaan status-status diantara individu-individu serta adanya ukuran tentang apa yang sangat dihargai dan dijadikan ukuran oleh masyarakat. Penghargaan yang lebih tinggi terhadap hal-hal tertentu akan menempatkan hal tersebut pada kedudukan yang lebih tinggi dari hal-hal lainnya. Kalau masyarakat lebih menghargai kekayaan material daripada kehormatan misalnya, mereka yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya, gejala tersebut menimbulkan lapisan masyarakat yang merupakan pembedaan posisi seseorang atau suatu kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal dan selanjutnya ada yang membagi pelapisan sosial ini menjadi beberapa lapisan yakni :
1.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).
2.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class).
3.      Masyarakat yang terdiri dari kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class).
Orang-orang yang berada pada kelas bawah (lower) biasanya lebih banyak (mayoritas) daripada di kelas menengah (middle) apalagi pada kelas atas (upper). Semakin keatas semakin sedikit jumlah orang yang berada pada posisi kelas atas (upper class). (www.google.com)

1.2.  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan pelapisan sosial itu ?
2.      Karena faktor apakah yang terjadi pada pelapisan sosial di dalam kehidupan masyarakat ?
3.      Karena apakah pelapisan sosial dalam masyarakat terbentuk ?

1.3.  Tujuan dan Manfaat
1.      Untuk mengetahui apa saja yang dimaksud dengan pengaruh pelapisan sosial.
2.      Agar mengetahui bagaimana pelapisan sosial bisa terjadi di kalangan masyarakat.
3.      Untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti tugas paper ini.
4.      Untuk melatih diri mengemukakan pendapat dalam bentuk karya tulis.

1.4.  Metode
Sesuai dengan tujuan penulis telah mendeskripsikan masalah yang ada sekarang ini, maka studi menggunakan deskriptif sebuah metode dimaksud semua informasi mengenai status yang ada.

Metode Pengumpulan Data
Studi pustaka secara keseluruhan merupakan studi kepustakaan dengan semua kajian ini dan dikumpulkan buku-buku atau penerbit-penerbit tentang masalah yang akan dibahas.

Metode analisis Data
Berdasarkan metode pengumpulan data di atas maka metode pengumpulan data dalam study pustaka terdiri dari :
-          Analisis Deskriptif
Yang digunakan untuk masalah-masalah yang akan dibahas di pelajaran atau tugas paper ini.
Digunakan pula untuk memperoleh kesimpulan guna untuk memperoleh sesuatu keuntungan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan.

1.5.  Sistematika Penulisan
Penulisan paper atau tugas ini sebagai berikut :
-          Bab Satu merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
-          Bab Dua merupakan kajian teori yang membahas tentang pengaruh pelapisan sosial dalam kehidupan masyarakat yang terjadi.
-          Bab Tiga adalah analisis data yang terdiri dari penyajian data.
-          Bab Empat ialah penutup yang terdiri dari kesimpulan dan penutup.



BAB II
KAJIAN TEORI


2.1.  Definisi Pelapisan Sosial
Pengaruh pelapisan sosial merupakan gejala umum yang dapat ditemukan di setiap masyarakat pada segala zaman. Betapapun sederhananya suatu masyarakat gejala ini pasti dijumpai. Pada sekitar 2000 tahun yang lalu, Aristoteles menyatakan bahwa di dalam setiap negara selalu terdapat tiga unsur yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang melarat dan mereka yang ada di tengah-tengah.
Adam Smith membagi masyarakat ke dalam tiga kategori yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dari keuntungan perdagangan. Sedangkan Thorstein Veblen membagi masyarakat ke dalam dua golongan yang pekerja, berjuang untuk mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena kekayaannya.
Pernyataan tiga tokoh di atas membuktikan bahwa pada zaman ketika mereka hidup dan dapat diduga pula pada zaman sebelumnya, orang-orang telah meyakini adanya sistem pelapisan dalam masyarakat, yang didalam studi sosiologi disebut pelapisan.
Sedangkan pelapisan sosial dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau para warga masyarakat ke dalam kelas secara hierarkis (bertingkat). Perwujudan adanya kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas yang lebih rendah di dalam masyarakat.
Di dalam masyarakat terdapat pelapisan sosial yang akan selalu ditemukan dalam masyarakat selama di dalam masyarakat tersebut terdapat sesuatu yang dihargai demikian menurut Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam bukunya “Setangkai Bunga Sosiologi”, sesuatu yang dihargai itu adalah uang atau benda-benda yang lain yang bernilai ekonomis, politis, agamis, sosial maupun kultural.
Adanya kelas yang tinggi dan kelas yang rendah itu disebabkan karena di dalam masyarakat terdapat ketidakseimbangan atau ketimpangan (inequality) dalam pembagian sesuatu yang dihargai yang kemudian menjadi hak dan kewajiban yang dipikul dari warga masyarakat ada segolongan orang yang mendapatkan pembagian lebih besar dan ada pula mendapatkan pembagian lebih kecil, sedangkan yang mendapatkan lebih besar mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi, yang mendapatkan lebih kecil menduduki pelapisan yang lebih rendah. Pelapisan mulai ada sejak manusia mengenal adanya kehidupan bersama atau organisasi sosial.
Pelapisan sosial merupakan hasil dari kebiasaan manusia berhubungan antara satu dengan yang lain secara teratur dan tersusun biak secara perorangan maupun kelompok, setiap orang akan mempunyai situasi sosial (yang mendorong untuk mengambil posisi sosial tertentu. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

2.2.  Faktor-Faktor Terbentuknya Pelapisan Sosial
Faktor-faktor terbentuknya pelapisan sosial yang terjadi dengan sendirinya seperti kepandaian, tingkat umur, sifat keaslian di dalam kerabat pimpinan masyarakat serta pemilikan harta antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain mempunyai alasan yang berbeda-beda sebagai bentuk pelapisan sosial. Misalnya pada masyarakat yang hidup berburu binatang yang dijadikan alasan utama adalah kepandaian berburu hewan sedangkan pada masyarakat yang telah hidup menetap dan bercocok tanam dari para pembuka lahan yang asli dianggap sebagai golongan yang menduduki pelapisan yang lebih tinggi. Pada masyarakat yang taraf kehidupannya masih rendah pelapisan masyarakat mula-mula ditentukan dengan dasar perbedaan seksual (jenis kelamin). Perbedaan antara yang memimpin dengan yang dipimpin, golongan budak atau bukan budak, dapat juga berbeda karena kekayaan atau usia.



2.3.  Proses Terbentuknya Pelapisan Sosial
Mengenai pelapisan sosial yang sengaja disusun untuk mengejar kepentingan atau tujuan tertentu biasanya berkaitan dengan pembagian kekuasaan yang resmi misalnya yang terjadi dalam perkumpulan-perkumpulan formal (seperti pemerintah, negara, perusahaan-perusahaan, partai politik atau perkumpulan profesi dan lain-lain. Untuk lebih memahami mengenai proses pembentukan pelapisan sosial ada beberapa pedoman yang dirumuskan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi, Suatu Pengantar” sebagai berikut :
1.      Sistem pelapisan sosial mungkin berpokok kepada sistem pertentangan dalam masyarakat.
2.      Sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dianalisis di dalam ruang
lingkup :
a.       Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif.
b.      Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat (prestise dan penghargaan)
c.       Kriteria sistem pertentangan yaitu apakah didapat berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, milik wewenang dan kekuasaan.
d.      Lambang-lambang kedudukan misalnya tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu organisasi dan sebagainya.
e.       Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f.       Solidaritas antara individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)
Selama dalam suatu masyarakat ada sesuatu yang dihargai maka hal itu merupakan bibit terbentuknya pelapisan sosial. Sesuatu yang dihargai itu dapat berupa uang atau harta benda, kekuasaan, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Barang siapa yang dapat memiliki sesuatu yang dihargai tadi akan dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki pelapisan atas, sebaliknya mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai tersebut mereka akan dianggap masyarakat sebagai orang-orang yang menempati pelapisan bawah atau berkedudukan rendah. Biasanya golongan yang menduduki pelapisan atau tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai oleh masyarakat. Penempatan orang-orang kedalam suatu pelapisan di dalam suatu pelapisan sosial bukanlah menggunakan ukuran yang tunggal melainkan bersifat kumulatif, artinya mereka yang misalnya mempunyai uang banyak akan mudah sekali mendapatkan tanah kekuasaan dan mungkin juga kehormatan. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

2.4.  Kriteria yang Dipakai untuk Menggolongkan Orang dalam Pelapisan
Ukuran atau kriteria yang dipakai untuk menggolongkan orang dalam pelapisan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Ukuran kekayaan, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak, ia akan menempati pelapisan di atas. Kekayaan tersebut misalnya dapat dilihat dari bentuk rumah, mobil pribadinya, cara berpakaian serta jenis bahan yang dipakai, kebiasaan atau cara berbelanja dan seterusnya.
2.      Ukuran kekuasaan, barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar akan menempati pelapisan yang tinggi dalam pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
3.      Ukuran kehormatan, orang yang disegani dan dihormati akan mendapat tempat atas dalam sistem pelapisan sosial. Ukuran semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat yang masih tradisional. Misalnya, orangtua atau orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat atau kelompoknya. Ukuran kehormatan biasanya lepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan kekuasaan.
4.      Ukuran ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan digunakan sebagai salah satu faktor atau dasar pembentukan pelapisan sosial didalam masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.
Ukuran tersebut di atas tidaklah bersifat limitif. Oleh karena itu, masih ada ukuran lain yang dapat dipergunakan. Namun, ukuran di atas lah yang paling banyak digunakan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial. (Drs. Taufik Rahman Dhohir, 2000)

2.5.  Bentuk-bentuk Pelapisan Sosial dalam Masyarakat
Sedangkan bentuk pelapisan sosial di dalam masyarakat bentuknya berbeda-beda. Bentuk itu akan dipengaruhi oleh kriteria atau faktor apa yang dijadikan dasar pelapisan itu, kriteria ekonomi atau kriteria politik. Pelapisan pada kriteria ekonomi akan membedakan penduduk atau warga masyarakat menurut penguasaan dan pemilikan materi. Dalam hal ini ada golongan orang-orang yang didasarkan kepada pemilik tanah dan benda, ada golongan orang yang didasarkan kepada kegiatan ekonomi dan menggunakan kecakapan sehubungan hal ini. Pelapisan sosial yang didasarkan pada kriteria ekonomi, akan berkaitan dengan aktifitas pekerjaan pemilikan atau kedua-duanya dengan kata lain pendapatan kekayaan dan pekerjaan akan membagi anggota masyarakat ke dalam beberapa lapisan atau kelas ekonomi.
Setiap pelapisan dalam stratifikasi ekonomi disebut kelas-kelas ekonomi atau sering disebut kelas saja. Sehingga para warga masyarakat atau penduduk masyarakat dapat digolongkan ke dalam beberapa kelas ekonomi (economic class). Istilah kelas ekonomi mempunyai arti yang relatif sama dengan istilah kelas sosial (social class) hanya saja istilah kelas sosial lebih banyak dipakai untuk menunjukkan pelapisan sosial yang didasarkan atas kriteria sosial, seperti pendidikan atau pekerjaan namun kadang-kadang kelas-kelas sosial yang diartikan sebagai semua orang yang sadar akan kedudukannya di dalam suatu pelapisan tanpa membedakan apakah dasar pelapisan itu uang, pemilikan pekerjaan, kekuasaan atau yang lainnya. Dalam pembahasan ini kelas ekonomi akan disebut dengan kelas saja sehingga secara garis besar terdapat tiga kelas sosial, kelas atas, kelas menengah, kelas bawah.


Pelapisan sosial berdasarkan kriteria sosial, dengan memahami pelapisan masyarakat berdasarkan kriteria sosial orang akan mudah memahami peristiwa atau gejala-gejala yang terjadi di dalam masyarakat. Semua ini berhubungan dengan apa yang disebut prestise atau gengsi. Suatu pekerjaan bagi seseorang tidak sekedar berhubungan dengan berapa jumlah uang yang diterima sebagai gaji namun juga status sosial yang dinikmati melalui pekerjaan orang itu. Contoh seorang karyawan atau pegawai suatu departemen walau hanya duduk di ruang jaga setiap hari untuk membuat daftar nama tamu dan menerima kiriman surat serta barang melalui pos atau perusahaan jasa titipan, ia akan menikmati suatu status sosial yang lebih tinggi daripada seorang tukang becak yang biarpun mempunyai pendapatan yang lebih tinggi namun harus melakukan pekerjaan yang kurang bergengsi. Demikianlah pelapisan masyarakat yang didasarkan pada kriteria sosial akan berhubungan dengan status atau kedudukan seseorang dalam masyarakat.
Ralph Linton dalam bukunya yang berjudul The Study of Man menuliskan definisi status sebagai berikut : “In the abstract, is a particular pattern” artinya secara abstrak yaitu kedudukan berarti tempat seseorang dalam suatu pola hubungan sosial tertentu. (Selo Soemardjan, 1974 dan Soekanto, 1983)
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria politik ialah pembedaan kedudukan atau warga masyarakat menurut pembagian kekuasaan. Sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial, kekuasaan berbeda dari kriteria lain yaitu ekonomi dan kedudukan sosial, apabila masyarakat menginginkan kehidupan yang teratur, maka kekuasaan yang ada padanya harus pula dibagi-bagi dengan teratur. Apabila kekuasaan tidak dibagi-bagi secara teratur, maka kemungkinan besar di dalam masyarakat akan terjadi pertentangan-pertentangan yang dapat membahayakan keutuhan masyarakat.
Bentuk-bentuk kekuasaan pada berbagai masyarakat di dunia ini beraneka macam dengan masing-masing polanya, akan tetapi ada satu pola umum bahwa sistem kekuasaan akan selalu menyesuaikan diri dengan adat istiadat dan pola-pola perilaku yang berlaku dalam masyarakat. Garis batas ini menimbulkan pelapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yang didasarkan pada rasa kekhawatiran para warga masyarakat akan terjadinya disintegrasi masyarakat apabila tidak ada kekuasaan yang menguasainya. (Drs. Taufik Rahman Dhohir : 2000)



BAB III
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA


3.1.  Penyajian Data
Menurut Mac Iver, ada tiga pola umum sistem pelapisan kekuasaan atau piramida kekuasaan, yaitu tipe kasta, oligarkhis, dan demokratis.

A.     Tipe Kasta
Tipe kasta memiliki sistem pelapisan kekuasaan dengan garis pemisahan yang kaku. Tipe semacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat berkasta yang hampir tidak dijumpai dalam gerak vertikal. Garis pemisah antara masing-masing pelapisan hampir tidak mungkin ditembus. Pada puncak piramida kekuasaan duduk penguasa tertinggi, misalnya : raja atau maharaja dengan lingkungannya yang didukung oleh kaum bangsawan, tentara, dan para pendeta. Lapisan kedua dihuni oleh para petani dan buruh tani, dan pelapisan terendah terdiri dari para budak.

B.     Oligarkhis
Tipe oligarkhis memiliki tipe pelapisan kekuasaan yang menggambarkan garis pemisah yang tegas diantaranya pelapisan akan tetapi perbedaan antara pelapisan satu dengan yang lain tidak begitu mencolok walaupun kedudukan para warga masyarakat masih banyak didasarkan kepada aspek kelahiran (ascribed status), akan tetapi kepada individu masih diberikan kesempatan untuk naik ke pelapisan yang lebih atas.
Kelas menengah mempunyai warga yang paling banyak seperti industri perdagangan dan keuangan memang peran yang lebih penting. Ada bermacam-macam cara bagi warga dari pelapisan bawah naik ke pelapisan yang lebih atas dan juga ada kesempatan bagi warga kelas menengah untuk menjadi penguasa. Suatu variasi dari tipe oligarkhis ini adalah pelapisan yang terdapat pada negara yang didasarkan pada fasisme atau juga negara totaliter. Hanya bedanya untuk yang disebut terakhir, kekuasaan berada di tangan partai politik.

C.     Demokratis
Tipe demokratis adalah tipe ketiga yang tampak adanya garis pemisah antara pelapisan yang sifatnya bergerak. Faktor kelahiran tidak menentukan kedudukan seseorang yang terpenting adalah kemampuannya dan kadang-kadang faktor keberuntungan.
Pelapisan sosial berdasarkan kriteria kekuasaan sebenarnya tidak selalu digambarkan dengan hierarkhis atas bawah, tetapi dapat pula digambarkan sebagai gejala melingkar menyerupai lingkaran kambium, yang terdiri dari lingkaran dalam, lingkaran tengah dan lingkaran luar. Lingkaran dalam ditempati oleh mereka yang mempunyai kekuasaan yang lebih besar daripada mereka yang menempati lingkaran tengah atau luar. Perbedaan diantara lingkaran dalam dan lingkaran di luarnya bukan berarti saling terpisah satu dengan yang lain tetapi terdapat kesalinghubungan yang dinyatakan dengan adanya garis yang tidak terputuskan.
Pelapisan kekuasaan di lingkungan keraton dengan semua tata nilai yang berlaku di dalamnya merupakan salah satu contoh lingkaran kambium. Raja merupakan tokoh sentral yang penuh dengan kekuasaan dari privilege (hak-hak yang istimewa). Kekuasaan dan privilege yang lebih rendah dari yang ada pada raja adalah yang dimiliki oleh para anggota keluarga raja. Semakin jauh dari lingkaran keluarga raja maka semakin berkurang kekuasaannya privilege maupun prestise (kehormatan) yang dimiliki oleh seseorang.



3.2.  Analisis Data
Salah satu aspek kemanusiaan dalam hubungan antara pekerja rumah tangga (PRT) dengan pemberi kerja adalah status sosial PRT dan posisi dominan pemberi kerja terhadap PRT.
Nabila bekerja sebagai PRT pada Yudha, bujangan yang senang berganti-ganti pacar. Sampai suatu ketika Yudha jatuh sakit. Pacar-pacar Yudha dan orangtuanya hanya datang silih berganti membawa buah tangan, sementara Nabila, merawat Yudha siang malam dengan tulus. Seperti cerita dalam sinetron, akhirnya Yudha jatuh cinta kepada PRT-nya itu dan berkeputusan menikahinya. Seperti bisa diduga keluarga besar Yudha yang termasuk keluarga priyayi Jawa itu bereaksi dengan mengucilkan Yudha dan Nabila karena tidak bisa menerima kehadiran seseorang perempuan desa yang tidak berpendidikan.
Ketika anak-anak dari pernikahan Yudha dan Nabila mulai lahir, satu persatu anggota keluarga besar Yudha mulai bersedia menerima Nabila, tetapi Nabila tetap saja memposisikan dirinya lebih rendah daripada mereka. Ia tidak berani menyapa saudara-saudara suaminya, menunggu dipanggil atau diperintah mengerjakan sesuatu. Panggilan itupun dijawabnya dalam bahasa Jawa halus “ndalem”, langsung berlari dan bersimpuh ke hadapan pemanggilnya dan menunggu untuk menerima perintah berikut. Akan tetapi Nabila bukan perempuan pasif, ketika dua anaknya semakin besar, yang pertama kini berusia 24 tahun dan kedua duduk di bangku SMU, Nabila sadar ia harus masuk ke dalam keluarga besar suaminya. Ia mendesak Yudha membawa anak mereka berkeliling ke tempat kerabat pada saat Idul Fitri, cara itu rupanya mampu melunakkan hati anggota keluarga besar Yudha sehingga makin banyak yang mau menerima Nabila meskipun hanya sampai batas tertentu. Berbeda dari kebanyakan telenovela atau sinetron yang berakhir dengan happy ending, sampai sekarang Nabila masih mendapatkan perlakuan yang sangat menekan-nekankan pada status awal Nabila. Misalnya, meskipun ia diajak ikut serta dalam arisan keluarga, tetapi anggota keluarga besar Yudha enggan duduk bersebelahan dengan Nabila, pada kesempatan lain ia ditolak ikut menumpang mobil salah seorang anggota arisan dengan alasan mobil sudah penuh walaupun sebenarnya masih ada tempat. Sejauh ini Nabila menerima perlakuan itu dan tetap mengingat asal-usulnya, ternyata tidak mudah menaikkan status sosial untuk seorang PRT.
(Sumber : Info Aktual Swara, Suplemen Kompas No. 62)



BAB IV
KESIMPULAN DAN PENUTUP


4.1.  Kesimpulan
Dari berbagai teori yang telah disebutkan di dalam bab-bab terdahulu dapat diambil kesimpulan bahwa apabila masyarakat telah membaca paper ini maka akan mengetahui faktor-faktor dasar terbentuknya pelapisan sosial yang telah terjadi dengan sendirinya.
Faktor-faktor yang terjadi dengan sendirinya antara lain :
a.       Kepandaian
b.      Tingkat umur
c.       Sifat keaslian keanggotaan di dalam kerabat pimpinan masyarakat,
misalnya : (cikal bakal, kepala desa dan sebagainya).
d.      Pemilikan harta

Sedangkan bentuk-bentuk yang terjadi di dalam masyarakat dibagi menjadi tiga golongan yaitu :
a.       Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria ekonomi
b.      Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria sosial
c.       Pelapisan sosial berdasarkan pada kriteria politik

Di samping itu masyarakat juga dapat mengetahui sistem-sistem pelapisan sosial yang menempatkan masing-masing warga masyarakat pada status dan peran sosial tertentu.
Sistem-sistem pelapisan sosial antara lain :
a.       Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif
b.      Sistem pertentangan yang diciptakan oleh para warga masyarakat
c.       Kriteria sistem pertentangan
d.      Lambang-lambang kedudukan
e.       Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan
f.       Solidaritas atas individu atau kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial masyarakat

4.2.  Penutup
Penulis mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah Swt yang telah memberikan taufik serta hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan paper yang berjudul “PENGARUH PELAPISAN SOSIAL TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan paper ini yang penulis sajikan ke tangan pembaca masih sangat banyak kekurangan, baik dari segi penyajian maupun analisisnya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan paper selanjutnya.
Akhirnya hanya keridhaannya Allah yang penulis dambakan, semoga rahmat dan hidayah-Nya senantiasa dilimpahkan kepada kita semua, semoga paper yang penulis sajikan ini memberikan manfaat bagi semua pembacanya. Amin Ya Robbal Alamin.



DAFTAR PUSTAKA


1.      Rahman Dhohir Taufik, Wartono Tarsisius, dkk. 2000. Sosiologi XI SMU. Jakarta : Yudhistira.
2.      http://www.google.com.

No comments:

Post a Comment