Pengertian Pemimpin yang Melayani
Menurut
teori tentang pemimpin yang melayani dimulai sejak tahun 1970, ketika
R.K. Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The
Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi
sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A
Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai
pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika
membaca novel karya Herman Hessee, “Journey to the East”.
Setelah
membaca cerita ini, Greenleaf (2002) menyimpulkan bahwa pemimpin yang
hebat diawali dengan bertindak sebagai pelayan bagi orang lain.
Kepemimpinan yang sesungguhnya timbul dari motivasi utama untuk membantu
orang lain.
Kedua
kata “melayani” dan “pemimpin” biasanya dianggap sebagai hal yang
berlawanan. Ketika kedua hal yang bertolak belakang disatukan dengan
cara yang kreatif dan berarti, sebuah paradoks muncul. Jadi, kedua hal
tersebut telah disatukan untuk menciptakan ide paradoksial tentang
kepemimpinan yang melayani.
Greenleaf
(2002) menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan
alami untuk melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran,
seseorang ingin memimpin. Greenleaf (2002) mendefinisikan pemimpin yang
melayani adalah seorang pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhan dan
dinamika kehidupan pengikut, dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia
mendahulukan hal-hal tersebut dibandingkan dengan pencapaian ambisi
pribadi atau pola dan kesukaannya saja.
Impiannya
ialah agar orang yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani
juga. Greenleaf (2002) menekankan, bila seseorang ingin menjadi
pemimpin yang efektif dan berhasil, ia harus lebih dulu memiliki
motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Dalam hal ini, pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya untuk mencapai
potensi optimalnya.
Belakangan
ini, agar bisa berorientasi pada pelanggan, organisasi membutuhkan
pemimpin yang bersedia melayani. Para pemimpin harus memberikan
pelayanan terbaik kepada para pelanggan internal (para karyawan)
sehingga akan berdampak pada pelayanan prima yang didemonstrasikan oleh
para pelanggan internal kepada para pelanggan eksternal (Tjiharjadi et
al., 2007). Sayangnya, gaya kepemimpinan yang melayani kurang diminati
oleh kebanyakan praktisi bisnis. Gaya kepemimpinan yang melayani lebih
banyak digunakan di organisasi sektor publik dan pemerintah.
Sumber : http://agousshopyan.blogspot.com/2013/05/menjadi-pemimpin-yang-melayani.html
No comments:
Post a Comment