dwKOMQi3a4gh8Hee1hY6F_nqDcw MAKALAH for referensi

Friday, October 25, 2013

Tanggapan Tantangan Pertanyaan

 Kesimpulan :

Menjadi seorang pengembang masyarakat membutuhkan beberapa kompetensi dan pengetahuan antara lain : proses pengembangan masyarakat merupakan pendidikan yang membebaskan yang mengajak masyarakat untuk berfikir kritis. Pengembang masyarakat merupakan pemimpin yang melayani, pemimpin yang memiliki motivasi yang besar untuk mengembangkan orang lain lebih focus untuk mengarahkan orang lain untuk mencapai potensi maksimalnya. Pengembang masyarakat dalam berhubungan dengan masyarakat menggunakan komunikasi assertif yaitu komunikasi terbuka tanpa adanya unsur membenarkan diri sendiri atau menyalahkan orang lain sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain. Dan tujuan utama pengembangan masyarakat adalah mengubah mindset masyarakat lebih mandiri.

Thursday, October 24, 2013

EMPOWERMENT

PEMBERDAYAAN merupakan kata yang paling sering disebutkan dalam program pembangunan. Bukan hanya sebagai prinsip. Bukan pula sebagai proses kerja. Melainkan juga sebagai judul program.
PNPM misalnya. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat.
Juga sebagai kata dalam sebuah profesi, yaitu FPM.
Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat. Ini adalah nama resmi profesi fasilitator yang sudah didaftarkan di Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi sejak tahun 2012.
***

FASILITATOR

FASILITASI DAN PENDAMPINGAN
Fasilitasi seringkali digunakan secara bersamaan dengan pendampingan yang merujuk pada bentuk dukungan tenaga dan metodologi dalam berbagai program pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Fasilitasi menjadi inti dari kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh tenaga khusus untuk membantu masyarkat dalam berbagai sektor pembangunan. Kegiatan pendampingan dilakukan dalam upaya mendorong partisipasi dan kemandirian masyarakat. Kegiatan pendampingan menjadi salah satu bagian dalam proses pemberdayaan masyarakat. Dalam pendampingan dibutuhkan tenaga yang memiliki kemampuan untuk mentransfer pengetahuan. Sikap dan perilaku tertentu kepada masyarakat. Disamping itu, perlu dukungan dan sarana pengembangan diri dalam bentuk latihan bagi para pendamping.

KOMUNIKASI ASSERTIVE

Apakah anda mengalami kesulitan menolak sesuatu atau mengatakan tidak saat anda harus benar-benar melakukan atau mengatakannya?
“Bre, kita nonton film Kuntilanak Beranak yuk!”
”Wah…aku nggak suka nonton film horror...”
”Kan ada aku... Nggak apa-apa...yuk!”
”...uhm...(bener-bener nggak mau nonton) Gimana ya...(terlihat bingung)”
”Udah...nggak usah banyak mikir...kan kamu baru gajian juga...masa nggak mau traktir aku nonton??”
(Karena tidak enak dan malas untuk berargumen dan yakin pasti kalah, akhirnya Bre nonton juga film horor yang dia tidak suka itu dan harus traktir temannya pula!)

Pemimpin yang melayani

Pengertian Pemimpin yang Melayani


Menurut teori tentang pemimpin yang melayani dimulai sejak tahun 1970, ketika R.K. Greenleaf (1904-1990) menulis sebuah essay yang berjudul “The Servant as Leader”. Essay tersebut dikembangkan oleh Greenleaf menjadi sebuah buku yang diterbitkan tahun 1977 berjudul “Servant Leadership: A Journey into the Nature of Legitimate Power and Greatness”. Ide mengenai pemimpin yang melayani ini diperoleh Greenleaf tahun 1960-an ketika membaca novel karya Herman Hessee, “Journey to the East”.

karakteristic pemimpin yang melayani

Karakteristik Pemimpin yang Melayani

Menurut Larry C. Spears (1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, karakteristik-karakteristik berikut bagi pemimpin yang melayani adalah:


Pendidikan yang membebaskan


Pendidikan Yang Membebaskan
Mansour Fakih

Ada pandangan yang kuat dikalangan para pendidik radikal, bahwa pendidikan ataupun penyelenggaraan proses belajar-mengajar, diantaranya dalam bentuk pelatihan, pada dasarnya tidak pernah terbebas dari kepentingan politik ataupun terbebas demi melanggengkan sitem sosial ekonomi maupun kekuasaan yang ada. Pandangan ini berangkat dari asumsi bahwa pendidikan bagi aparatus dominasi selalu digunakan demi melanggengkan ataupun melegitimasi dominasi mereka. Oleh karena itu hakekat pendidikan bagi mereka tidak lebih dari sebagai sarana untuk mereproduksi sistem dan struktur sosial yang tidak adil seperti sistem relasi kelas, relasi gender, relasi rasisme ataupun sistem relasi lainya. Pandangan semacam itu dikenal dengan teori reproduksi dalam pendidikan. Berbeda dengan pandangan maupun teori “reproduksi” dalam pendidikan tersebut, ada pandangan maupun teori pendidikan yang juga datang dari kelompok pendidik radikal yang justru berangkat dari asumsi dan keyakinan bahwa pendidikan adalah proses “produksi” kesadaran kritis, seperti menumbuhkan kesadaran kelas, kesadaran gender maupun kesadaran kritis lainnya.